Sabtu, 19 November 2011

Tugas 3

TUGAS 3
I
Berdasar  fitrahnya  setiap manusia  dilahirkan sebagai orang bersih. Dia ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya dan juga untuk orang lain serta lingkungannya. Dalam prosesnya, disamping karena faktor diri sendiri (internal) maka faktor eksternal  sangat mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang:  Ada manusia yang berperilaku baik dan ada yang buruk;  Ada yang rendah hati dan ada yang tinggi hati; Ada yang introvert dan ada yang ekstrovert. Begitu juga  dalam nuansa sebagai pekerja: Ada yang malas dan ada yang rajin; Ada yang produktif dan ada yang tidak produktif; Ada yang senang pada tantangan kerja dan ada yang menjauhi tantangan kerja; Ada yang memiliki ambisi pribadi yang kuat dan ada yang lemah.

Kenyataan empiris dan praktis menunjukkan bahwa perilaku seseorang, misalnya dalam pekerjaan yakni produktivitas kerja, dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik
1)     Unsur intrinsik (Xi) antara lain:
a)    Tingkat pendidikan
b)      Tingkat pengetahuan
c)      Tingkat ketrampilan
d)      Sikap-motivasi terhadap kerja
e)       Tingkat pengalaman kerja
(2)     Unsur ekstrinsik (Xe), antara lain mencakup unsur:
a)      Lingkungan keluarga
b)      Lingkungan sosial-budaya
c)        Lingkungan  ekonomi
d)      Lingkungan belajar
e)      Lingkungan kerja termasuk budaya kerja
      Teknologi

PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama lain.

Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.

1. Penekanan.
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
2. Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3. Proses.
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.
Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.
4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku.
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan proses masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat dari Kesadaran.
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami, dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
6. Data.
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.

II
Tanggung Jawab kepada Masing-masing
Komitmen Pribadi Masing-masing
Masing-masing dan setiap karyawan Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk:
Membaca dan mengerti Pedoman, serta perubahan apapun yang ada dalam Pedoman.
Mematuhi Pedoman secara tersurat dan tersirat.
Menanyakan kepada manajer/supervisor, wakil Sumber Daya Manusia (SDM), atau anggota
manapun dari Grup Etika dan Kepatuhan atau Penasihat Sektor Anda apabila ragu mengenai cara
yang tepat dalam bertindak.
Melaporkan secara cepat pelanggaran Pedoman yang diketahui atau yang dicurigai atau permintaan
yang dapat menyebabkan pelanggaran memakai prosedur yang dijelaskan di dalam Pedoman.
Bekerja sama dalam investigasi internal dari laporan pelanggaran apapun dari Pedoman ini.
Manajer dan supervisor mempunyai tugas tambahan untuk:
Menciptakan suatu situasi kondusif dalam mempromosikan ketaatan hukum dan perilaku etis yang
berstandar tinggi serta membolehkan karyawan bertanya dan mengajukan persoalan.
Memantau kepatuhan terhadap Pedoman dan kebijakan lain Perusahaan dari bawahan yang menjadi
tanggungjawabnya, serta memastikan bahwa karyawan menyadari revisi atau pembaruan dari Pedoman.
Menunjukkan suatu komitmen terhadap Pedoman lewat ucapan
dan tindakan.
Selalu memperlakukan sesama rekan karyawan dengan hormat.
Memastikan bawahan yang menjadi tanggungjawabnya telah
mengikuti pelatihan kepatuhan dan mencari cara alternatif untuk
mengomunikasikan Pedoman dan Kebijakan Lain Perusahaan.
Memastikan bawahan yang menjadi tanggungjawabnya mengetahui
bagaimana melaporkan pelanggaran dan tidak akan ada perlawanan
apabila ada laporan yang dibuatkan demi kebaikan.
Menangani semua laporan yang sensitif, dengan segera dan cara yang konsisten terhadap kebijakan
Perusahaan.
Melaporkan adanya risiko kepatuhan dan mencari panduan apabila diperlukan.

Sanksi Pelanggaran
Karyawan yang melanggar Pedoman menjadi subjek tindakan disiplin
hingga mencapai dan termasuk pemutusan hubungan kerja (sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku). Berikut adalah
contoh perilaku yang berakibat pada tindakan disiplin:
Tindakan yang melanggar kebijakan Perusahaan dan/atau
Pedoman dan/atau undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Meminta, mendorong atau mengizinkan karyawan lain untuk
melanggar kebijakan Perusahaan dan/atau Pedoman dan/atau
undang-undang atau peraturan yang berlaku.
Gagal melaporkan dengan segera pelanggaran Pedoman,
undang-undang atau peraturan serta regulasi yang diketahui.
Gagal bekerja sama secara penuh dengan penyelidik atau
pengaudit Perusahaan.
Perlawanan terhadap karyawan lain atau pihak ketiga karena melaporkan pelanggaran suatu
kebijakan atau Pedoman demi kebaikan atau telah bekerja sama dengan penyelidik Perusahaan.
Bagi para manajer dan supervisor, gagal memakai cara yang pantas dalam mencegah atau mendeteksi
suatu pelanggaran atau sebaliknya gagal menunjukkan kepemimpinan serta usaha yang giat yang
diperlukan guna memastikan kepatuhan terhadap Pedoman atau kebijakan Perusahaan.
Sebagai panduan umum, tidak akan dilakukan tindakan disiplin secara permanen terhadap pelanggaran
Pedoman tanpa konsultasi terlebih dulu kepada Grup Etika dan Kepatuhan. Akan tetapi, ketentuan ini
tidak berlaku terhadap:
Tindakan disiplin apapun di mana alasan utama dalam bertindak tidak berdasarkan Pedoman, selain
dari kasus yang melibatkan tuduhan terhadap para staf atau direktur Perusahaan. Dengan kata lain,
suatu pemutusan hubungan kerja berdasarkan prinsip pembangkangan terhadap perintah tidak akan
menjadi subjek kebijakan ini, meskipun alasan penyokong pemutusan kerja dikarenakan pelanggaran
karyawan terhadap Pedoman dengan bertindak tidak hormat.
Tuduhan apapun yang melibatkan pelanggaran Pedoman ketetapan
penyalahgunaan zat terlarang atau persyaratan lingkungan,
kesehatan dan keselamatan, pelecehan seksual, atau masalah
hubungan dengan karyawan lain, selain dari kasus yang
melibatkan penipuan.
Hubungan Karyawan
berharap semua karyawan agar menghargai latar yang
beragam antara sesama rekan karyawan dan menciptakan suatu
lingkungan tempat ide dapat diekspresikan secara bebas dengan saling
percaya, jujur dan menghormati. Hanya dengan menghargai keragaman
kita dapat mencapai suatu standar keunggulan tinggi yang akan secara
konsisten memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, pemegang
saham, karyawan dan masyarakat tempat kita tinggal dan bekerja.
Prasangka, diskriminasi atau pelecehan berdasarkan ras, warna, agama,
keyakinan, jenis kelamin, umur, kebangsaan atau asal kesukuan,
orientasi seksual, cacat jasmaniah, kemiliteran, status perkawinan atau
status terlindungi secara hukum apapun mencegah kita dari mencapai
tujuan ini, dan oleh karena itu harus tidak menjadi bagian dari praktik
bisnis perusahaan. Kebijakan ini berlaku untuk semua tahapan
pekerjaan termasuk mulai dari rekrutmen karyawan baru, pelatihan,
pengembangan, kompensasi, promosi, demosi, pemindahan,
pemberhentian sementara, dan pemutusan hubungan kerja. Tanpa
memperhatikan lokasi kerja, Ingersoll Rand akan mengambil langkah
disiplin yang tepat kepada karyawan manapun yang melakukan praktik
pelanggaran standar perusahaan terhadap diskriminasi dan pelecehan.

Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan
 memiliki komitmen untuk melakukan bisnis dengan
cara yang menghargai lingkungan dan membantu agar terjadi kepastian
keselamatan dan kesehatan karyawan dan masyarakat di lokasi operasi
perusahaan. Merupakan kebijakan Perusahaan untuk mematuhi semua
undang-undang serta regulasi lingkungan, kesehatan dan keselamatan
yang berlaku; untuk menerapkan standar yang bertanggung jawab
apabila undang-undang atau regulasi tidak ada; dan mencari cara
mencapai keunggulan di bidang penting kritis tersebut.
Karyawan harus mengetahui persyaratan lingkungan, kesehatan dan
keselamatan pekerjaannya dan mendapatkan informasi tambahan bila
mereka memiliki pertanyaan apapun tentang persyaratan tersebut.
Di antara hal lain, karyawan harus memakai barang dan peralatan serta
menangani, menyimpan dan membuang material berbahaya maupun
limbah beracun secara hati-hati sesuai undang-undang yang berlaku
dan kebijakan dan prosedur Perusahaan yang ada. Hal yang
merupakan suatu kewajiban adalah semua laporan lingkungan,
kesehatan dan keselamatan harus tepat dan lengkap.
Ingersoll Rand bekerja keras mencapai keberhasilan bisnis yang berkelanjutan bagi karyawan, di tempat
kerja dan di komunitas kita, dengan kinerja lingkungan, kesehatan dan keselamatan kelas dunia.
Karyawan seharusnya segera memberitahukan manajemen fasilitas, staf EHS, Wakil Direktur Lingkungan,
Kesehatan dan Keselamatan atau Saluran-Bantuan Etika tentang kondisi apapun yang (i) terlihat
merupakan suatu pelanggaran undang-undang atau regulasi lingkungan, kesehatan dan keselamatan, atau
(ii) bersifat membahayakan lingkungan, karyawan perusahaan atau masyarakat di mana perusahaan ada.

III
ARTI PENTING ETIKA BISNIS
Perilaku Etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif baik lingkup makro ataupun mikro.
1. Perspektif Makro
Pertumbuhan suatu negara tergantung pada efektivitas dan efisiensi sistem pasar dalam mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan supaya sistem dapat bekerja secara efektif dan efisien adalah:
Adanya hak memiliki dan mengelola properti swasta
Adanya kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa
Adanya ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa
Jika salah satu subsistem dalam sistem pasar ini melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan mengambat pertumbuhan sistem secara makro. Contoh-contoh perilaku tidak etis pada perspektif makro adalah:
a. Penyogokan atau suap: Yaitu memberikan sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. ‘Pembelian’ itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun ‘pembayaran kembali’ setelah deal terlaksana.
b. Tindakan pemaksaan: Merupakan tekanan, pembatasan, dorongan dengan paksa menggunakan jabatan atau ancaman untuk memaksakan kehendak. Tindakan pemaksaan ini misalnya berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan terhadap seseorang.
c. Informasi palsu (Deceptive information): Yaitu memberikan informasi yang tidak jujur untuk mengelabuhi atau menutupi sesuatu yang tidak benar.
d. Pencurian dan penggelapan: Tidak hanya di bidang politik dan militer, di dalam bidang bisnis pun sudah ada kegiatan spionase. Fei Ye, (37 th), and Ming Zhong, (36 th) ditangkap polisi Amerika dengan tuduhan telah mencuri rancangan microchip dan rahasia perusahaan dari perusahaan komputer Sun Microsystems Inc., NEC Electronics Corp., Transmeta Corp. dan Trident Microsystems Inc. Mereka ditangkap di airport San Fransisco saat akan terbang ke negeri Cina.
e. Perlakukan diskriminatif, yaitu perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama.
2. Perspektif Mikro
Dalam lingkup mikro perilaku etis identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam lingkup mikro terdapat rantai relasi dimana pemasok (supplier), perusahaan, konsumen, karyawan saling berhubungan dalam kegiatan bisnis yang saling mempengaruhi. Tiap mata rantai di dalam relasi harus selalu menjaga etika sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik.
Bagaimana perilaku etis dapat berperan dalam menciptakan keberlangsungan usaha? Sebagian besar perusahaan berusaha menciptakan adanya repetitive purchase (pembelian berulang) yang dilakukan konsumen. Hal ini hanya dapat terjadi jika konsumen merasakan kepuasan dalam mengkonsumsi produk tersebut. Perilaku tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan dapat mencederai kepuasaan ini.
Dalam kaitannya dengan dalam relasi bisnis, setiap perusahaan ingin bekerja sama dengan perusahaan yang dapat dipercaya. Kepercayaan ini ada di dalam reputasi perusahaan yang tidak diciptakan dalam sekejap. Perilaku etis merupakan salah satu komponen utama dalam membangun reputasi perusahaan.
Dalam hubungan dengan pihak perbankan, banyak perbankan yang memasukkan komponen etika bisnis dalam mempertimbangkan pengesahan permohonan kredit. Pihak perbankan lebih yakin dalam mengabulkan pinjaman terhadap perusahaan yang telah melaksanakan prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility.
Dalam skala global, telah merebak kesadaran baru bahwa selain memiliki hak-hak sebagai konsumen, mereka juga memiliki kewajiban. Mereka menyadari bahwa perilaku konsumsi mereka dapat berpengaruh terhadap ketidak-adilan dan kerusakan lingkungan. Itu sebabnya, lapisan masyarakat yang terdidik mulai selektif di dalam mengkonsumsi suatu barang/jasa. Mereka tidak akan membeli barang yang diproduksi oleh perusahaan yang membalak hutan. Mereka menolak produk dari pabrik yang tidak memberi upah yang layak kepada buruhnya.
Sedangkan secara internal, penerapan etika juga dapat meningkatkan kinerja dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Menurut penelitian Erni Rusyani (dosen Fak. Ekonomi Unpas Bandung) perusahaan yang tidak perduli pada etikq bisnis, maka kelangsungan hidup perusahaan itu akan terganggu dan akan berdampak pula pada kinerja keuangannya. Hal ini terjadi akibat pihak manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis. Segala kompetensi, keterampilan, keahlian, potensi, dan modal lainnya ditujukan sepenuhnya untuk memenangkan kompetisi yang tidak sehat ini.
Di dalam tingkat kompetisi yang sangat tinggi, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang inovatif, proaktif, dan berani dalam mengambil risiko. Hal ini hanya dapat terjadi jika perusahaan itu memiliki budaya kerja yang suportif. Salah satu syaratnya adalah adanya etika perusahaan.

sumber : google search

Tidak ada komentar:

Posting Komentar